Rabu, 15 Mei 2013

PROVERITA : MUNGKINKAH ADA METODE BELAJAR YANG EFEKTIF?


MUNGKINKAH
ADA METODE BELAJAR YANG EFEKTIF?
Jerry Augustinus Hongrius, SS

Pendahuluan

Masa sekolah adalah masa seseorang dimasukkan dalam situasi belajar dan belajar. Tuntutan belajar membuat banyak kaum muda merasa bahwa belajar adalah suatu yang sangat sulit. Mereka mengira belajar merupakan momok yang harus dihindari. Maka alangkah bahagianya kaum muda apabila diumumkan akan ada hari libur. Hari-hari yang selalu ditunggu, dengan pemikiran menghindari suasana belajar.

Belajar dengan pemikiran yang di atas hanya dimengerti sebagai suatu kegiatan mendengarkan guru sehingga situasinya pasti membosankan. Apabila belajar itu hanya satu arah memang akan sangat membosankan. Dan umumnya di kelas yang terjadi adalah sikap di mana guru menerangkan sedangkan murid hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan yang aktif. Tentu dengan situasi seperti itu akan sangat menjenuhkan. Seakan-akan di dalam kelas hanya terdapat si guru saja. Pertanyaannya apakah sang guru tidak akan merasa jenuh juga dalam menghadapi situasi kelas seperti itu.

Tanpa disadari, kaum muda sebenarnya banyak melakukan proses belajar. Asalkan pengertian belajar itu harus dimengerti dengan pengertian luas. Bukan hanya yang ada di kelas atau di sekolah. Setiap orang melakukan proses belajar setiap hari. Begitu juga kaum muda yang masih banyak ingin tahu segala sesuatu. Dan hampir semua kaum muda belajar dengan metode yang sangat efektif dalam hidup walau pun metode itu tidak selalu disadari sebagai metode belajar yang paling efektif. Bagaimana belajar yang paling efektif itu?


Inti / Isi Makalah

  1. Learning by doing

Manusia hidup di dunia sebagai mahluk sosial. Dalam kehidupan sosial itu, manusia yang satu akan bertemu manusia yang lain. Karena itu, setiap manusia memiliki peran untuk mengembangkan kehidupan sosial di mana dia berada. Peran itu yang kita sebut Tugas Panggilan yang diberikan Tuhan untuk manusia. Tugas Panggilan itu ada empat yaitu Belajar (learning), mencipta gagasan yang bernilai (create value ideas), memproduksi/mengantar nilai-nilai hidup (produce/deliver the values), dan mengisi-kembangkan kembali (re-charge). Dari ke-empat tugas itu yang paling dasar adalah Belajar (learning).

Pengertian belajar adalah menumbuhkan pengertian, kemampuan dan sikap sehingga terjadi perubahan kebiasaan (Armein ZR Langi; The City of Eden). Berarti, belajar sesungguhnya melibatkan tiga aspek yang dimiliki manusia yaitu otak, fisik dan hati. Apabila belajar itu hanya mengasah otak maka hal itu belum memenuhi penegertian belajar yang sesungguhnya. Belajar yang benar harus merupakan pengadopsian suatu habits; menjadikan suatu kebiasaan baru sebagai pola hidup yang baru.

Metode paling efektif atau powerful untuk belajar adalah Learning by doing. Mengapa demikian? Karena learning by doing merupakan system belajar yang melibatkan ketiga unsur yang ingin dikembangkan dalam hidup. Dengan learning by doing yang diterapkan seseorang, maka ia akan langsung mengerti teori yang dipelajari, dan mampu mengembangkan skillnya dan sekaligus menanamkan rasa dalam skill yang dimilikinya. Akhirnya hasil belajar itu tidak hanya muncul dalam pengertian yang tanpa makna dalam kehidupan baik diri sendiri maupun bersama orang lain.

Contoh nyata yang sering dilakukan anak muda dalam penerapan learning by doing adalah saat mempelajari penggunaan handphone baru. Saat belajar melalui buku panduan, kita juga sambil menekan tombol dalam handphone sehingga kita dapat memperoleh hasilnya langsung. Kita langsung dapat menilai kebenaran atau keberhasilan dari belajar itu. Dengan hasil itu, perasaan kita langsung terlibat untuk mengagumi dan menikmati kecanggihan handphone baru itu. Contoh lain adalah seorang pelukis menjadi seorang pelukis haruslah belajar untuk menorehkan kuas di atas kanvas. Dengan demikian dia baru mengerti, mampu dan merasakan kehebatannya dalam melukis.

Dan sesungguhnya, kita belajar di sekolahpun dapat menerapkan learning by doing dalam mempelajari semua pelajaran yang ada. Pelajaran bahasa tidak berguna apabila hanya dipelajari semetode teori saja. Pelajaran itu harus dipraktikkan dan dirasakan sehingga kita merasa perlu keberadaannya. Bayangkan apabila kita tidak pernah menerapkan learning by doing dengan matematika. Apakah mungkin kita dengan cepat menghitung jumlah barang dagangan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.  Bagaimana mungkin seorang pilot dapat menerbangkan pesawat, apabila hanya belajar semetode teori di buku tanpa pernah berada di pesawat langsung?

Dalam dunia sekolah, learning by doing dimengerti dengan metode seperti di bawah ini. Setiap guru yang menerangkan satu pelajaran maka siswa akan menerapkan learning by doing. Siswa akan mendengarkan dan mengolah semua materi di dalam otaknya sebagai proses mengerti. Selanjutnya pengertian yang diperoleh walaupun tidak sempurna harus ditulis sebagai sebuah catatan. Catatan ini merupakan proses mengolah kemampuan skill dalam bentuk arsip. Setelah itu, siswa akan mencoba untuk membaca ulang catatan yang ada sehingga dia merasakan kebaikan dan kebenaran dari materi pelajaran yang ada. Hal yang terakhir dapat berakhir dengan kekaguman akan suatu materi yang membanggakan atau membahagiakan karena merasa berhasil menyelesaikan suatu persoalan. Apabila ini yang dijalankan dalam setiap belajar di kelas, maka guru yang mengajar tidak akan merasa sendirian dan siswa tidak lagi merasa jenuh tanpa kegiatan yang berarti.

  1. Learning by teaching

Metode belajar yang paling efektif kedua adalah learning by teaching. Mengapa dikatakan begitu? Jawaban adalah setiap orang yang ingin mengajar pastilah belajar dulu. Setelah dia belajar maka dia mulai mengajar. Berarti saat dia mengajar, sesungguhnya, dia sedang mengulang pelajaran yang sudah dipelajari tetapi sekaligus mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan kepada orang lain. Hal itu membuka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengajar (Skill). Hasil dari pengajaran itu akan mengembangkan rasa percaya diri orang tersebut karena ia merasa sudah mengerti dan bias mengajar temannya. Jadi dalam learning by teaching pun ketiga aspek dari belajar dikembangkan semetode maksimal.

Mengapa anak pandai selalu makin pandai di kelas? Mungkin learning by teaching sangat mempengaruhi hal itu. Mari kita lihat situasi dalam kelas semetode umum. Siapakah yang sering ditanya oleh guru waktu mengulang pelajaran yang sudah lewat? Siapakah murid yang diminta guru untuk mencatat di papan tulis? Siapakah murid yang menjadi juru bimetode bila presentasi kelompok? Jawabannya adalah murid yang pandai. Mungkin tidak semua guru melakukan itu, tetapi situasi itu membuat murid pandai belajar dua kali lebih banyak dibanding murid yang lain. Kalau begitu, kita tidak perlu heran apabila murid yang pandai semakin pandai.

Murid yang menjawab pertanyaan guru sebenarnya sekaligus belajar dan mengajar teman dan gurunya. Sedangkan murid yang mencatat di papan tulis sudah belajar empat kali lebih banyak dibanding murid yang lain. Empat kali belajar itu adalah membaca catatan/buku, mencatatnya di papan tulis, membaca catatan teman sewaktu mencatat di bukunya sendiri. Murid yang menjadi juru bimetode dalam presentasi kelompok sudah belajar tiga kali lebih banyak dari temannya. Tiga kali lebih banyak dapat kita lihat sebagai berikut pertama dia belajar sebelum diskusi, sewaktu diskusi sambil mendapat informasi baru dari teman lain dan sewaktu presentasi, dia mengulang semua yang sudah dia dapatkan bahkan menambahkan informasi hasil pengolahan dirinya sendiri. Jadi Learning by teaching merupakan satu metode belajar yang sangat efektif dan dapat digunakan di mana saja dan kapan saja.

Kesimpulan

Nilai Hidup Dalam Learning By Doing and Teaching

Bila kita merefleksikan dua metode di atas, maka kita menemukan betapa hebatnya dua metode tersebut dalam mengubah diri seseorang. Dua metode belajar itu menanamkan banyak nilai hidup yang membawa setiap orang yang mempraktikkan dengan benar, merasakan manfaatnya yang luar biasa. Apa saja nilai hidup yang terkandung di dalamnya?

Ada lima nilai hidup yang dapat kita temukan dalam dua metode tersebut, yakni :
  1. Berani mencoba
Sikap ini harus ada apabila kita ingin menerapkan dua metode di atas. Kita harus berani mencoba. Kita tidak boleh takut gagal. Dari hasil mencoba itu, kita dapat mengerti bahwa pemahaman kita perlu diperbaiki, kemampuan perlu ditingkat dan rasa ingin tahu akan terus meningkat. Jadi kita harus berani mencoba sehingga kita tahu mana metode yang paling tepat untuk diri kita.

  1. Daya juang / bertahan
Dalam dua metode di atas, daya juang / bertahan adalah suatu sikap yang dibutuhkan. Learning by doing merupakan metode yang diterapkan Thomas Alva Edison. Dia bukan seorang yang tamat sekolah tinggi. Thomas merupakan pribadi yang punya daya juang dan bertahan yang sangat tinggi. Terbukti dengan ketabahannya dalam 100 percobaan yang berakhir dengan penemuan lampu pijar. Hal itu tidak mungkin terjadi tanpa daya juang yang sangat besar.

  1. Kita dipaksa untuk berpikir logis
Dengan dua metode di atas, kita dipaksa untuk membuat sebuah catatan yang rinci dan terstruktur sehingga terkesan masuk akal atau logis. Dalam mengerjakan sesuatu, kita tidak mungkin tanpa urutan. Sama halnya dengan learning by doing, kita harus mengerjakan dengan urutan yang benar. Terlebih lagi pada learning by teching, kita dipaksa untuk memberi penjelasan kepada para murid atau teman yang diajar dengan urutan yang logis. Jadi kita sungguh dituntut memiliki metode berpikir yang teratur baik sehingga materi yang kita sampaikan menjadi mudah dimengerti orang lain.

  1. Feedback keberhasilan yang mendorong kita untuk terus belajar
Dalam menjalankan dua metode belajar di atas, kita akan langsung merasakan hasil. Hasil yang menunjukkan keberhasilan membawa kita pada pengembangan rasa untuk terus belajar. Dengan demikian, kita semakin penasaran akan hasil belajar kita berikiutnya. Karena itu, kita menjalankan dua metode di atas terus belajar dari hasil belajar yang telah dijalani sebelumnya. Dengan demikian, kita akan menemukan suatu hasil belajar yang maksimal karena merupakan pengembangan dari hasil belajar sebelumnya.

  1. Interaksi social yang berkembang.
Dua metode di atas melibatkan tiga aspek dalam diri manusia. Aspek ketiga adalah hati. Apabila hati ini dikembangkan dengan baik maka jembatan untuk interaksi terhadap sesama menjadi terbangun baik. Hal ini membawa setiap orang dapat saling menerima dan memberi apa yang dimiliki, terutama dalam belajar. Dari sini, kita dapat memahami bahwa setiap orang sangat berarti apabila orang lain menyadari kehadirannya dan merasa berguna untuk perkembangan orang lain.

Akhirnya, kita dapat berkata bahwa Learning by doing dan Learning by teaching menjadi dua metode yang sangat efektif dalam situasi belajar. Namun keberhasilan metode tersebut tetap tergantung pada setiap pribadi yang menjalankan dengan otak, kemampuan dan hati yang optimal. Selamat mencoba.

Jakarta, 21 Mei 2010
Jerry Augustinus Hongrius, SS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar