MUNGKINKAH
ADA
METODE BELAJAR YANG EFEKTIF?
Jerry Augustinus Hongrius, SS
Pendahuluan
Masa sekolah adalah masa seseorang dimasukkan
dalam situasi belajar dan belajar. Tuntutan belajar membuat banyak kaum muda merasa
bahwa belajar adalah suatu yang sangat sulit. Mereka mengira belajar merupakan
momok yang harus dihindari. Maka alangkah bahagianya kaum muda apabila
diumumkan akan ada hari libur. Hari-hari yang selalu ditunggu, dengan pemikiran
menghindari suasana belajar.
Belajar dengan pemikiran yang di atas hanya
dimengerti sebagai suatu kegiatan mendengarkan guru sehingga situasinya pasti
membosankan. Apabila belajar itu hanya satu arah memang akan sangat
membosankan. Dan umumnya di kelas yang terjadi adalah sikap di mana guru
menerangkan sedangkan murid hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan yang
aktif. Tentu dengan situasi seperti itu akan sangat menjenuhkan. Seakan-akan di
dalam kelas hanya terdapat si guru saja. Pertanyaannya apakah sang guru tidak
akan merasa jenuh juga dalam menghadapi situasi kelas seperti itu.
Tanpa disadari, kaum muda sebenarnya banyak
melakukan proses belajar. Asalkan pengertian belajar itu harus dimengerti
dengan pengertian luas. Bukan hanya yang ada di kelas atau di sekolah. Setiap
orang melakukan proses belajar setiap hari. Begitu juga kaum muda yang masih
banyak ingin tahu segala sesuatu. Dan hampir semua kaum muda belajar dengan metode
yang sangat efektif dalam hidup walau pun metode itu tidak selalu disadari
sebagai metode belajar yang paling efektif. Bagaimana belajar yang paling
efektif itu?
Inti / Isi Makalah
- Learning by doing
Manusia hidup di dunia sebagai mahluk sosial. Dalam
kehidupan sosial itu, manusia yang satu akan bertemu manusia yang lain. Karena
itu, setiap manusia memiliki peran untuk mengembangkan kehidupan sosial di mana
dia berada. Peran itu yang kita sebut Tugas Panggilan yang diberikan Tuhan
untuk manusia. Tugas Panggilan itu ada empat yaitu Belajar (learning), mencipta gagasan yang
bernilai (create value ideas),
memproduksi/mengantar nilai-nilai hidup (produce/deliver
the values), dan mengisi-kembangkan kembali (re-charge). Dari ke-empat tugas itu yang paling dasar adalah
Belajar (learning).
Pengertian belajar adalah menumbuhkan pengertian,
kemampuan dan sikap sehingga terjadi perubahan kebiasaan (Armein ZR Langi; The City of Eden). Berarti, belajar
sesungguhnya melibatkan tiga aspek yang dimiliki manusia yaitu otak, fisik dan
hati. Apabila belajar itu hanya mengasah otak maka hal itu belum memenuhi
penegertian belajar yang sesungguhnya. Belajar yang benar harus merupakan
pengadopsian suatu habits; menjadikan suatu kebiasaan baru sebagai pola hidup
yang baru.
Metode paling
efektif atau powerful untuk belajar adalah Learning by doing. Mengapa demikian?
Karena learning by doing merupakan system belajar yang melibatkan ketiga unsur
yang ingin dikembangkan dalam hidup. Dengan learning by doing yang diterapkan
seseorang, maka ia akan langsung mengerti teori yang dipelajari, dan mampu
mengembangkan skillnya dan sekaligus menanamkan rasa dalam skill yang
dimilikinya. Akhirnya hasil belajar itu tidak hanya muncul dalam pengertian
yang tanpa makna dalam kehidupan baik diri sendiri maupun bersama orang lain.
Contoh nyata
yang sering dilakukan anak muda dalam penerapan learning by doing adalah saat
mempelajari penggunaan handphone baru. Saat belajar melalui buku panduan, kita
juga sambil menekan tombol dalam handphone sehingga kita dapat memperoleh
hasilnya langsung. Kita langsung dapat menilai kebenaran atau keberhasilan dari
belajar itu. Dengan hasil itu, perasaan kita langsung terlibat untuk mengagumi
dan menikmati kecanggihan handphone baru itu. Contoh lain adalah seorang
pelukis menjadi seorang pelukis haruslah belajar untuk menorehkan kuas di atas
kanvas. Dengan demikian dia baru
mengerti, mampu dan merasakan kehebatannya dalam melukis.
Dan sesungguhnya, kita belajar di sekolahpun dapat
menerapkan learning by doing dalam
mempelajari semua pelajaran yang ada. Pelajaran bahasa tidak berguna apabila
hanya dipelajari semetode teori saja. Pelajaran itu harus dipraktikkan dan
dirasakan sehingga kita merasa perlu keberadaannya. Bayangkan apabila kita
tidak pernah menerapkan learning by doing dengan matematika. Apakah mungkin
kita dengan cepat menghitung jumlah barang dagangan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan. Bagaimana mungkin seorang
pilot dapat menerbangkan pesawat, apabila hanya belajar semetode teori di buku
tanpa pernah berada di pesawat langsung?
Dalam dunia sekolah, learning by doing dimengerti
dengan metode seperti di bawah ini. Setiap guru yang menerangkan satu pelajaran
maka siswa akan menerapkan learning by doing. Siswa akan mendengarkan dan
mengolah semua materi di dalam otaknya sebagai proses mengerti. Selanjutnya
pengertian yang diperoleh walaupun tidak sempurna harus ditulis sebagai sebuah
catatan. Catatan ini merupakan proses mengolah kemampuan skill dalam bentuk
arsip. Setelah itu, siswa akan mencoba untuk membaca ulang catatan yang ada
sehingga dia merasakan kebaikan dan kebenaran dari materi pelajaran yang ada.
Hal yang terakhir dapat berakhir dengan kekaguman akan suatu materi yang
membanggakan atau membahagiakan karena merasa berhasil menyelesaikan suatu
persoalan. Apabila ini yang dijalankan dalam setiap belajar di kelas, maka guru
yang mengajar tidak akan merasa sendirian dan siswa tidak lagi merasa jenuh
tanpa kegiatan yang berarti.
- Learning by teaching
Metode belajar
yang paling efektif kedua adalah learning by teaching. Mengapa dikatakan
begitu? Jawaban adalah setiap orang yang ingin mengajar pastilah belajar dulu.
Setelah dia belajar maka dia mulai mengajar. Berarti saat dia mengajar,
sesungguhnya, dia sedang mengulang pelajaran yang sudah dipelajari tetapi
sekaligus mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan kepada orang lain. Hal
itu membuka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengajar (Skill). Hasil
dari pengajaran itu akan mengembangkan rasa percaya diri orang tersebut karena
ia merasa sudah mengerti dan bias mengajar temannya. Jadi dalam learning by
teaching pun ketiga aspek dari belajar dikembangkan semetode maksimal.
Mengapa anak pandai selalu makin pandai di kelas? Mungkin
learning by teaching sangat mempengaruhi hal itu. Mari kita lihat situasi dalam
kelas semetode umum. Siapakah yang sering ditanya oleh guru waktu mengulang
pelajaran yang sudah lewat? Siapakah murid yang diminta guru untuk mencatat di
papan tulis? Siapakah murid yang menjadi juru bimetode bila presentasi
kelompok? Jawabannya adalah murid yang pandai. Mungkin tidak semua guru
melakukan itu, tetapi situasi itu membuat murid pandai belajar dua kali lebih
banyak dibanding murid yang lain. Kalau begitu, kita tidak perlu heran apabila
murid yang pandai semakin pandai.
Murid yang
menjawab pertanyaan guru sebenarnya sekaligus belajar dan mengajar teman dan
gurunya. Sedangkan murid yang mencatat di papan tulis sudah belajar empat kali
lebih banyak dibanding murid yang lain. Empat kali belajar itu adalah membaca
catatan/buku, mencatatnya di papan tulis, membaca catatan teman sewaktu
mencatat di bukunya sendiri. Murid yang menjadi juru bimetode dalam presentasi
kelompok sudah belajar tiga kali lebih banyak dari temannya. Tiga kali lebih
banyak dapat kita lihat sebagai berikut pertama dia belajar sebelum diskusi,
sewaktu diskusi sambil mendapat informasi baru dari teman lain dan sewaktu
presentasi, dia mengulang semua yang sudah dia dapatkan bahkan menambahkan
informasi hasil pengolahan dirinya sendiri. Jadi Learning by teaching merupakan
satu metode belajar yang sangat efektif dan dapat digunakan di mana saja dan
kapan saja.
Kesimpulan
Nilai Hidup
Dalam Learning By Doing and Teaching
Bila kita
merefleksikan dua metode di atas, maka kita menemukan betapa hebatnya dua
metode tersebut dalam mengubah diri seseorang. Dua metode belajar itu
menanamkan banyak nilai hidup yang membawa setiap orang yang mempraktikkan dengan
benar, merasakan manfaatnya yang luar biasa. Apa saja nilai hidup yang
terkandung di dalamnya?
- Berani mencoba
Sikap ini harus ada apabila kita ingin
menerapkan dua metode di atas. Kita harus berani mencoba. Kita tidak boleh
takut gagal. Dari hasil mencoba itu, kita dapat mengerti bahwa pemahaman kita
perlu diperbaiki, kemampuan perlu ditingkat dan rasa ingin tahu akan terus
meningkat. Jadi kita harus berani mencoba sehingga kita tahu mana metode yang
paling tepat untuk diri kita.
- Daya juang
/ bertahan
Dalam dua metode di atas, daya juang /
bertahan adalah suatu sikap yang dibutuhkan. Learning by doing merupakan metode
yang diterapkan Thomas Alva Edison. Dia bukan seorang yang tamat sekolah
tinggi. Thomas merupakan pribadi yang punya daya juang dan bertahan yang sangat
tinggi. Terbukti dengan ketabahannya dalam 100 percobaan yang berakhir dengan
penemuan lampu pijar. Hal itu tidak mungkin terjadi tanpa daya juang yang sangat
besar.
- Kita
dipaksa untuk berpikir logis
Dengan dua metode di atas, kita dipaksa
untuk membuat sebuah catatan yang rinci dan terstruktur sehingga terkesan masuk
akal atau logis. Dalam mengerjakan sesuatu, kita tidak mungkin tanpa urutan.
Sama halnya dengan learning by doing, kita harus mengerjakan dengan urutan yang
benar. Terlebih lagi pada learning by teching, kita dipaksa untuk memberi
penjelasan kepada para murid atau teman yang diajar dengan urutan yang logis.
Jadi kita sungguh dituntut memiliki metode berpikir yang teratur baik sehingga
materi yang kita sampaikan menjadi mudah dimengerti orang lain.
- Feedback
keberhasilan yang mendorong kita untuk terus belajar
Dalam menjalankan dua metode belajar di
atas, kita akan langsung merasakan hasil. Hasil yang menunjukkan keberhasilan
membawa kita pada pengembangan rasa untuk terus belajar. Dengan demikian, kita
semakin penasaran akan hasil belajar kita berikiutnya. Karena itu, kita
menjalankan dua metode di atas terus belajar dari hasil belajar yang telah dijalani
sebelumnya. Dengan demikian, kita akan menemukan suatu hasil belajar yang
maksimal karena merupakan pengembangan dari hasil belajar sebelumnya.
- Interaksi
social yang berkembang.
Dua metode di atas melibatkan tiga aspek
dalam diri manusia. Aspek ketiga adalah hati. Apabila hati ini dikembangkan
dengan baik maka jembatan untuk interaksi terhadap sesama menjadi terbangun
baik. Hal ini membawa setiap orang dapat saling menerima dan memberi apa yang
dimiliki, terutama dalam belajar. Dari sini, kita dapat memahami bahwa setiap
orang sangat berarti apabila orang lain menyadari kehadirannya dan merasa
berguna untuk perkembangan orang lain.
Akhirnya, kita dapat berkata bahwa Learning by
doing dan Learning by teaching menjadi dua metode yang sangat efektif dalam
situasi belajar. Namun keberhasilan metode tersebut tetap tergantung pada
setiap pribadi yang menjalankan dengan otak, kemampuan dan hati
yang optimal. Selamat mencoba.
Jakarta, 21 Mei 2010
Jerry Augustinus Hongrius, SS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar