Selasa, 04 Juni 2013

Aku Membantunya Menangis

Aku Membantunya Menangis
Philipus Adi Sulistyo

Ketika turun dari kereta, saya melihat suatu kejadian yang sungguh luar biasa. Seorang anak kecil menangis di tepi jalan dengan sebuah mainan yang sudah rusak di tangannya. Tiba-tiba datang seorang anak yang lain dan duduk di sampingnya, lalu ikut menangis. Kedua anak yang berpakaian kotor dan kumal itu menangis bersama-sama di tepi jalan. Karena merasa heran, saya terus memperhatikan kedua anak kecil itu. Tak lama kemudian anak itu terdiam dan berjalan bersama dengan senyum merekah di bibir mereka, serta diikuti tawa kecil.
Karena merasa penasaran, saya datangi kedua anak itu, lalu bertanya kepada anak yang tadi tiba-tiba datang, duduk, dan ikut menangis. Sungguh merupakan suatu jawaban yang aneh, lucu atau mungkin menggelikan yang saya dapatkan. Dengan polosnya anak itu menjawab, “Dia adalah temanku. Ketika aku melihat mainan kesayangannya rusak dan menangis, maka aku membantunya menangis.”
Dengan rasa heran, saya memikirkan maksud jawaban anak itu. Kedua anak itu pergi meninggalakan saya, yang masih diliputi rasa heran. Saya mulai berpikir anak itu tidak mengerti apa yang dengan hal-hal yang besar, tetapi anak itu melakukan sesuatu yang besar dengan hal yang kecil. Anak itu tidak bias membantu memperbaiki mainan temannya ataupun menggantikannya dengan yang baru, tetapi ia mencoba membantu mengangkat penderitaan sahabtnya dengan ikut masuk dalam penderitaan sahabatnya itu. Sampai akhirnya kesedihan sahabatnya itu dapat mereka angkat bersama-sama.

Pernahkah kita berusaha untuk melakukan banyak hal yang meskipun kecil tapi berguna bagi orang lain, ataukah kita akan tetap berpikir untuk melakukan hal-hal yang besar yang hanya ada di angan-angan kita?

Senin, 20 Mei 2013

Pernahkah ditanya siapa gurumu saat anda menjadi sukses?


Pendidikan dasarnya diberikan oleh orang tua. Orang tua menjadi peletak dasar pendidikan seorang anak menuju kedewasaan. Maka setiap orang yang sukses, jaman dulu, pasti mengikuti jejak sang ayah atau ibu. Karena itu, kita tidak heran bila orang lain berkata : "Pantas saja dia seperti itu, karena ayah/ibu seperti itu". Namun kemajuan teknologi dan dunia pendidikan membuat orang tua tidak mampu lagi memberikan ilmunya secara langsung sebagai pendidikan.

Akibatnya orang tua memberikan kepercayaan untuk pendidikan kepada pihak lain yaitu Lembaga Sekolah. Setiap anak harus mengikuti pendidikan yang sudah diatur secara lebih terprogram. Program itu menjadi seragam antara setiap anak, walau sang anak berasal dari orang tua yang tidak punya kemampuan seperti yang dipelajari anak atau bisa juga dipaksakan untuk sama. Pada tahap ini, orang tua hanya bisa menerima dan  mengharapkan hasil yang sesuai dengan keinginan mereka. Orang tua merasa sudah membayar, maka mereka tidak peduli lagi bahwa mereka harus bertindak aktif untuk membuat si anak memiliki moral baik dan kognitif yang hebat. Banyak orang tua menjadi robot pencari uang dengan melepaskan tanggung jawab sebagai pendidik utama dari Tuhan.

Dengan demikian,pada  jaman sekarang, seorang anak yang sukses umumnya berkat para guru yang mengajar. Anak yang sungguh pandai dalam hal apapun, dapat diperoleh melalui guru atau pelatihnya. Namun, guru dan pelatih tidak pernah memperoleh imbas dari sukses seorang murid. Imbas sukses selalu terkait erat kepada orang tua. Pertanyaannya kepada siapa harus dijatuhkan tanggung jawab saat sang anak tidak memperoleh sukses? Pertanyaan berikut adalah apakah anda pernah bertanya hal apa yang dilakukan seorang guru yang membuat seorang anak sukses? Tetapi saat anak anda menjadi buruk, pernyataan yang muncul adalah sekolah anak saya memiliki guru buruk yang tidak mampu mendidik anak menjadi baik!

Pertanyaan terakhir adalah Kapan seorang GURU dapat dihargai sebagai pribadi yang membawa sukses anak kita?

Rabu, 15 Mei 2013

PROVERITA : MUNGKINKAH ADA METODE BELAJAR YANG EFEKTIF?


MUNGKINKAH
ADA METODE BELAJAR YANG EFEKTIF?
Jerry Augustinus Hongrius, SS

Pendahuluan

Masa sekolah adalah masa seseorang dimasukkan dalam situasi belajar dan belajar. Tuntutan belajar membuat banyak kaum muda merasa bahwa belajar adalah suatu yang sangat sulit. Mereka mengira belajar merupakan momok yang harus dihindari. Maka alangkah bahagianya kaum muda apabila diumumkan akan ada hari libur. Hari-hari yang selalu ditunggu, dengan pemikiran menghindari suasana belajar.

Belajar dengan pemikiran yang di atas hanya dimengerti sebagai suatu kegiatan mendengarkan guru sehingga situasinya pasti membosankan. Apabila belajar itu hanya satu arah memang akan sangat membosankan. Dan umumnya di kelas yang terjadi adalah sikap di mana guru menerangkan sedangkan murid hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan yang aktif. Tentu dengan situasi seperti itu akan sangat menjenuhkan. Seakan-akan di dalam kelas hanya terdapat si guru saja. Pertanyaannya apakah sang guru tidak akan merasa jenuh juga dalam menghadapi situasi kelas seperti itu.

Tanpa disadari, kaum muda sebenarnya banyak melakukan proses belajar. Asalkan pengertian belajar itu harus dimengerti dengan pengertian luas. Bukan hanya yang ada di kelas atau di sekolah. Setiap orang melakukan proses belajar setiap hari. Begitu juga kaum muda yang masih banyak ingin tahu segala sesuatu. Dan hampir semua kaum muda belajar dengan metode yang sangat efektif dalam hidup walau pun metode itu tidak selalu disadari sebagai metode belajar yang paling efektif. Bagaimana belajar yang paling efektif itu?


Inti / Isi Makalah

  1. Learning by doing

Manusia hidup di dunia sebagai mahluk sosial. Dalam kehidupan sosial itu, manusia yang satu akan bertemu manusia yang lain. Karena itu, setiap manusia memiliki peran untuk mengembangkan kehidupan sosial di mana dia berada. Peran itu yang kita sebut Tugas Panggilan yang diberikan Tuhan untuk manusia. Tugas Panggilan itu ada empat yaitu Belajar (learning), mencipta gagasan yang bernilai (create value ideas), memproduksi/mengantar nilai-nilai hidup (produce/deliver the values), dan mengisi-kembangkan kembali (re-charge). Dari ke-empat tugas itu yang paling dasar adalah Belajar (learning).

Pengertian belajar adalah menumbuhkan pengertian, kemampuan dan sikap sehingga terjadi perubahan kebiasaan (Armein ZR Langi; The City of Eden). Berarti, belajar sesungguhnya melibatkan tiga aspek yang dimiliki manusia yaitu otak, fisik dan hati. Apabila belajar itu hanya mengasah otak maka hal itu belum memenuhi penegertian belajar yang sesungguhnya. Belajar yang benar harus merupakan pengadopsian suatu habits; menjadikan suatu kebiasaan baru sebagai pola hidup yang baru.

Metode paling efektif atau powerful untuk belajar adalah Learning by doing. Mengapa demikian? Karena learning by doing merupakan system belajar yang melibatkan ketiga unsur yang ingin dikembangkan dalam hidup. Dengan learning by doing yang diterapkan seseorang, maka ia akan langsung mengerti teori yang dipelajari, dan mampu mengembangkan skillnya dan sekaligus menanamkan rasa dalam skill yang dimilikinya. Akhirnya hasil belajar itu tidak hanya muncul dalam pengertian yang tanpa makna dalam kehidupan baik diri sendiri maupun bersama orang lain.

Contoh nyata yang sering dilakukan anak muda dalam penerapan learning by doing adalah saat mempelajari penggunaan handphone baru. Saat belajar melalui buku panduan, kita juga sambil menekan tombol dalam handphone sehingga kita dapat memperoleh hasilnya langsung. Kita langsung dapat menilai kebenaran atau keberhasilan dari belajar itu. Dengan hasil itu, perasaan kita langsung terlibat untuk mengagumi dan menikmati kecanggihan handphone baru itu. Contoh lain adalah seorang pelukis menjadi seorang pelukis haruslah belajar untuk menorehkan kuas di atas kanvas. Dengan demikian dia baru mengerti, mampu dan merasakan kehebatannya dalam melukis.

Dan sesungguhnya, kita belajar di sekolahpun dapat menerapkan learning by doing dalam mempelajari semua pelajaran yang ada. Pelajaran bahasa tidak berguna apabila hanya dipelajari semetode teori saja. Pelajaran itu harus dipraktikkan dan dirasakan sehingga kita merasa perlu keberadaannya. Bayangkan apabila kita tidak pernah menerapkan learning by doing dengan matematika. Apakah mungkin kita dengan cepat menghitung jumlah barang dagangan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.  Bagaimana mungkin seorang pilot dapat menerbangkan pesawat, apabila hanya belajar semetode teori di buku tanpa pernah berada di pesawat langsung?

Dalam dunia sekolah, learning by doing dimengerti dengan metode seperti di bawah ini. Setiap guru yang menerangkan satu pelajaran maka siswa akan menerapkan learning by doing. Siswa akan mendengarkan dan mengolah semua materi di dalam otaknya sebagai proses mengerti. Selanjutnya pengertian yang diperoleh walaupun tidak sempurna harus ditulis sebagai sebuah catatan. Catatan ini merupakan proses mengolah kemampuan skill dalam bentuk arsip. Setelah itu, siswa akan mencoba untuk membaca ulang catatan yang ada sehingga dia merasakan kebaikan dan kebenaran dari materi pelajaran yang ada. Hal yang terakhir dapat berakhir dengan kekaguman akan suatu materi yang membanggakan atau membahagiakan karena merasa berhasil menyelesaikan suatu persoalan. Apabila ini yang dijalankan dalam setiap belajar di kelas, maka guru yang mengajar tidak akan merasa sendirian dan siswa tidak lagi merasa jenuh tanpa kegiatan yang berarti.

  1. Learning by teaching

Metode belajar yang paling efektif kedua adalah learning by teaching. Mengapa dikatakan begitu? Jawaban adalah setiap orang yang ingin mengajar pastilah belajar dulu. Setelah dia belajar maka dia mulai mengajar. Berarti saat dia mengajar, sesungguhnya, dia sedang mengulang pelajaran yang sudah dipelajari tetapi sekaligus mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan kepada orang lain. Hal itu membuka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengajar (Skill). Hasil dari pengajaran itu akan mengembangkan rasa percaya diri orang tersebut karena ia merasa sudah mengerti dan bias mengajar temannya. Jadi dalam learning by teaching pun ketiga aspek dari belajar dikembangkan semetode maksimal.

Mengapa anak pandai selalu makin pandai di kelas? Mungkin learning by teaching sangat mempengaruhi hal itu. Mari kita lihat situasi dalam kelas semetode umum. Siapakah yang sering ditanya oleh guru waktu mengulang pelajaran yang sudah lewat? Siapakah murid yang diminta guru untuk mencatat di papan tulis? Siapakah murid yang menjadi juru bimetode bila presentasi kelompok? Jawabannya adalah murid yang pandai. Mungkin tidak semua guru melakukan itu, tetapi situasi itu membuat murid pandai belajar dua kali lebih banyak dibanding murid yang lain. Kalau begitu, kita tidak perlu heran apabila murid yang pandai semakin pandai.

Murid yang menjawab pertanyaan guru sebenarnya sekaligus belajar dan mengajar teman dan gurunya. Sedangkan murid yang mencatat di papan tulis sudah belajar empat kali lebih banyak dibanding murid yang lain. Empat kali belajar itu adalah membaca catatan/buku, mencatatnya di papan tulis, membaca catatan teman sewaktu mencatat di bukunya sendiri. Murid yang menjadi juru bimetode dalam presentasi kelompok sudah belajar tiga kali lebih banyak dari temannya. Tiga kali lebih banyak dapat kita lihat sebagai berikut pertama dia belajar sebelum diskusi, sewaktu diskusi sambil mendapat informasi baru dari teman lain dan sewaktu presentasi, dia mengulang semua yang sudah dia dapatkan bahkan menambahkan informasi hasil pengolahan dirinya sendiri. Jadi Learning by teaching merupakan satu metode belajar yang sangat efektif dan dapat digunakan di mana saja dan kapan saja.

Kesimpulan

Nilai Hidup Dalam Learning By Doing and Teaching

Bila kita merefleksikan dua metode di atas, maka kita menemukan betapa hebatnya dua metode tersebut dalam mengubah diri seseorang. Dua metode belajar itu menanamkan banyak nilai hidup yang membawa setiap orang yang mempraktikkan dengan benar, merasakan manfaatnya yang luar biasa. Apa saja nilai hidup yang terkandung di dalamnya?

Ada lima nilai hidup yang dapat kita temukan dalam dua metode tersebut, yakni :
  1. Berani mencoba
Sikap ini harus ada apabila kita ingin menerapkan dua metode di atas. Kita harus berani mencoba. Kita tidak boleh takut gagal. Dari hasil mencoba itu, kita dapat mengerti bahwa pemahaman kita perlu diperbaiki, kemampuan perlu ditingkat dan rasa ingin tahu akan terus meningkat. Jadi kita harus berani mencoba sehingga kita tahu mana metode yang paling tepat untuk diri kita.

  1. Daya juang / bertahan
Dalam dua metode di atas, daya juang / bertahan adalah suatu sikap yang dibutuhkan. Learning by doing merupakan metode yang diterapkan Thomas Alva Edison. Dia bukan seorang yang tamat sekolah tinggi. Thomas merupakan pribadi yang punya daya juang dan bertahan yang sangat tinggi. Terbukti dengan ketabahannya dalam 100 percobaan yang berakhir dengan penemuan lampu pijar. Hal itu tidak mungkin terjadi tanpa daya juang yang sangat besar.

  1. Kita dipaksa untuk berpikir logis
Dengan dua metode di atas, kita dipaksa untuk membuat sebuah catatan yang rinci dan terstruktur sehingga terkesan masuk akal atau logis. Dalam mengerjakan sesuatu, kita tidak mungkin tanpa urutan. Sama halnya dengan learning by doing, kita harus mengerjakan dengan urutan yang benar. Terlebih lagi pada learning by teching, kita dipaksa untuk memberi penjelasan kepada para murid atau teman yang diajar dengan urutan yang logis. Jadi kita sungguh dituntut memiliki metode berpikir yang teratur baik sehingga materi yang kita sampaikan menjadi mudah dimengerti orang lain.

  1. Feedback keberhasilan yang mendorong kita untuk terus belajar
Dalam menjalankan dua metode belajar di atas, kita akan langsung merasakan hasil. Hasil yang menunjukkan keberhasilan membawa kita pada pengembangan rasa untuk terus belajar. Dengan demikian, kita semakin penasaran akan hasil belajar kita berikiutnya. Karena itu, kita menjalankan dua metode di atas terus belajar dari hasil belajar yang telah dijalani sebelumnya. Dengan demikian, kita akan menemukan suatu hasil belajar yang maksimal karena merupakan pengembangan dari hasil belajar sebelumnya.

  1. Interaksi social yang berkembang.
Dua metode di atas melibatkan tiga aspek dalam diri manusia. Aspek ketiga adalah hati. Apabila hati ini dikembangkan dengan baik maka jembatan untuk interaksi terhadap sesama menjadi terbangun baik. Hal ini membawa setiap orang dapat saling menerima dan memberi apa yang dimiliki, terutama dalam belajar. Dari sini, kita dapat memahami bahwa setiap orang sangat berarti apabila orang lain menyadari kehadirannya dan merasa berguna untuk perkembangan orang lain.

Akhirnya, kita dapat berkata bahwa Learning by doing dan Learning by teaching menjadi dua metode yang sangat efektif dalam situasi belajar. Namun keberhasilan metode tersebut tetap tergantung pada setiap pribadi yang menjalankan dengan otak, kemampuan dan hati yang optimal. Selamat mencoba.

Jakarta, 21 Mei 2010
Jerry Augustinus Hongrius, SS

Senin, 13 Mei 2013

PENGELOLAAN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT


PENGELOLAAN HUBUNGAN +SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
Oleh : @Jerry Augustinus Hongrius, SS

A.    PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga social yang diselenggarakan dan dimiliki oleh masyarakat, harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sekolah mempunyai kewajiban secara legal dan moral untuk selalu memberikan penerangan kepada masyarakat tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan dan keadaannya, dan sebaliknya sekolah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat. Makin majunya pengertian masyarakat akan pentingnya pendidikan anak-anaknya, maka merupakan kebutuhan vital bagi sekolah dan masyarakat untuk menjalin kerjasama. Kerjasama tersebut dimaksudkan demi kelancaran pendidikan di sekolah pada umumnya, dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada khususnya (Mamusung dan Sukanti, 2000)
Sekolah merupakan lembaga social yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah. Dikatakan demikian, karena keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandate untuk mendidik, melatih dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Hubungan sekolah masyarakat merupakan bentuk komunikasi ekstern yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat merupakan kelompok dan individu-individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan (Mulyasa, 2002)
Karena sekolah merupakan bagian(sub system) dari system yang besar, aitu masyarakat, maka keterlibatan partisipasi masyarakat sekolah sangat penting. Tanpa partisipasi masyarakat, sekolah hanya akan merupakan oraganisasi yang kering dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan masyarakat. Partisipasi masyarakat bukan hanya terkait dengan pengumpulan dana, tetapi memiliki kewenangan dalam segala aspeknya.

b.      Perumusan Masalah
Dari gambaran latar belakang di atas, kita dapat merumuskan beberapa pokok masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1.      Apa tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat
2.      Bagaimana prinsip hubungan sekolah dengan masyarakat
3.      Unsur-unsur apa saja dalam hubungan sekolah masyarakat
4.      Bagaiaman teknik-teknik hubungan sekolah dengan masyarakat

B.     PEMBAHASAN
a.       Tujuan Hubungan antara Sekolah dengan Masyarakat
Menurut Mulyasa (2002), tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan dimensi kepentingan sekolah :
1.      Memelihara kelangsungan hidup sekolah
2.      Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
3.      Memperlancar kegiatan belajar mengajar
4.      Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program sekolah
Berdasarkan dimensi kebutuhan masyarakat :
1.      Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.      Memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat
3.      Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
4.      Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkatkan kemampuannya.

b.      Prinsip Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Dalam hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya selalu berpegang kepada prinsip-prinsip yang dijadikan landasan/pedoman bagi tindakan dan kebijaksanaan yang akan diambil. Ada pun prinsip-prinsip hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dirangkum sebagai berikut :
1.      Kerjasama harus dimodali oleh i’tikad (niat) baik untuk menciptakan citra baik tentang pendidikan
2.      Pihak awam dalam berperan serta membantu dan merealisasikan program sekolah, hendaknya menghormati dan mentaati ketentuan/peraturan yang diberlakukan di sekolah.
3.      Berkaitan dengan prinsip dan teknis edukatif, sekolah yang lebih berhak menanganinya
4.      Segala saran yang berkaitan dengan kepentingan sekolah harus disalurkan melalui lembaga resmi yang bertanggung jawab dalam melaksanakannya.
5.      Partisipasi/peran serta masyarakat tidak saja dalam bentuka gagasan/usul/saran tetapi dapat megnikuti organisasi dan kepengurusan yang dirasakan benar-benar bermanfaat bagi kemajuan sekolah.
6.      Kerjasama harus berkembang secarawajar, diawali dari yang paling sederhana, berkembang hingga hal-hal yang lebih besar.

c.       Unsur-unsur Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Unsur-unsur yang terlibat dalam hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain :
1.      Sekolah
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat, oleh karena itu segala bentuk dan tujuan sekolah yang semuanya harus diarahkan kepada pembentukan corak pribadi dan kemampuan warga masyarakat sebagaimana menjadi target atau sasaran pendidikan di masyarakat yang bersangkutan.

2.      Orang tua Murid dan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan orang tua murid hendaknya dibawa ke dalam hubungan yang konstruktif dengan program di sekolah. Oleh karena itu, hubungan antara keduanya hendaklah dibimbing lebih simpatik dan ini adalah merupakan tugas kepala sekolah. Begitu juga masyarakat lainnya adalah komponen yang memberikan masukan-masukan ke sekolah untuk kemajuan sekolah tersebut.

3.      Murid dan Guru
Murid adalah merupakan unsur sekolah yang sangat penting, begitu juga guru. Tanpa adanya murid, sekolah itu tidak akan ada. Dia berasal dari lingkungan masyarakat yaitu keluarga yang memperoleh ilmu pengetahuan dan pendidikan dari persekolahan dengan perantaraan guru.

4.      Pemerintah
Pemerintah merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di masyarakat yang menyediakan sarana dan prasarana pendidikan termasuk memfasilitasi hubungan sekolah dengan msyarakat.

d.      Teknik-teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Soekarto Indra Fachrudi mengemukakan 11 teknik yang dapat dilakukan untuk memberikan gambaran tentang sekolah yang perlu diketahui masyarakat. Teknik-teknik tersebut antara lain meliputi :
1.      Laporan kepada orang tua murid
Laporan ini dapat dilakukan setiap triwulan, catur wulan, semester, atau tahunan. Laporan tersebut tidak hanya berupa angka-angka, akan tetapi menyangkut informasi yang bersifat diagnostik, artinya dalam laporan tersebut dicantumkan pula kelebihan dan kelemahan peserta didik.

2.      Buletin Sekolah
Buletin ini berisi kegiatan-kegiatan sekolah, artikel guru dan murid, pengumuman-pengumuman sekolah dan lain-lain.

3.      Surat Kabar
Isinya menyangkut segala aspek yang menunjang kesuksesan program pendidikan.

4.      Pameran Sekolah
Merupakan metode untuk memberikan gambaran tentang keadaan sekolah dengan berbagai aktivitasnya.

5.      Open House
Untuk memberikan kesempatan kepada masyrakat mengetahui sekolah serta mengobservasi kegiatan dan hasil kerja murid dan guru sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

6.      Kunjungan ke Sekolah
Teknik ini memberikan kesempatan kepada orang tua murid untuk melihat kegiatan murid, keadaan sekolah pada saat pelajaran berlangsung.

7.      Melalui Penjelasan oleh Staf Sekolah
Kepala Sekolah hendaknya berusaha agar semua personil turut aktif mengambil bagian dengan masyarakat. Para personil sekolah dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang kebijakan, program-program organisasi sekolah.

8.      Gambaran Keadaan Sekolah melalui Murid
Murid dapat juga didorong untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang keadaan sekolah. Jangan sampai murid menyebarkan isue-isue yang tidak baik mengenai sekolah kepada masyarakat.

9.      Kunjungan ke Rumah Murid
Dilakukan untuk melihat latar belakang kehidupan murid, di samping mempererat hubungan antara sekolah dengan orang tua murid.

10.  Melalui Radio dan Televisi
Radio dan televisi memiliki daya kuat untuk menyebarkan pengaruh melalui informasi yang disiarkannya. Radio dan televisi cepat sekali membentuk ”public opinion”. Yang dibutuhkan dalam program hubungan sekolah dengan masyarakat ini. Melalui radio dan televisi, masyarakat akan lebih mengenal situasi dan perkembangan sekolah dapat menyampaikan berita-berita dan pengumuman-pengumuman yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.

11.  Laporan Tahunan
Laporan tahunan disusun oleh kepala sekolah untuk diberikan kepada Penilik Sekolah atau Pengawas atau kepada kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, atau kepada atasannya. Kepala Sekolah dapat menugaskan kepada stafnya atau langsung dia sendiri memberi informasi ini kepada masyrakat. Laporang tahunan tersebut antara lain mencakup kegiatan yang telah dilakukan, kurikulum, personalia, anggaran, situasi dan kondisi murid.

C.     KESIMPULAN
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah. Oleh karena itu, hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk komunikasi ekstern yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Mamusung dan SukartiN, 2000. Pengelolaan Pendidikan; Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.
Mulyasa, 2002. Manajemen Berbasisi Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.